}

Perjalanan Cinta Untuk Sebuah Mimpi (Part 1)

Senin, 20 Januari 2014
Posted By : Wayne Rachmat

Perjalanan Cinta Untuk Sebuah Mimpi (Part 1)

Pesawat Garuda Indonesia akan segera lepas landas, dengan tujuan bandara Ngurah Rai Bali menuju bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Hwaaaa…
haruskah aku berlari secepat ini agar tidak tertinggal pesawat..?
seberapa banyak koper yang harus ku angkat untuk membawa semua barang-barangku ini..?
Huuuhhh… Putri Leeta yang manis ini bisa saja masuk RS karena setengah dari berat badannya berkurang. Hehehehehe…
Teeet… Teeet… Teeet,
“Ya Pa, apa yang membuat Papa menyempatkan diri untuk menelfonku?”
“Jekvin, Papa hanya memastikan, kamu harus benar-benar berangkat ke Jakarta!”
“Apakah Papa sedikit khawatir tentang ini?”
“Ya, itu tentu Vin!”
“Aku pastikan datang tepat 4 jam lagi!”
Klik. Tuuut… Tuuut… Tuuut…
Huuuhh… benar-benar anak yang tidak sopan. Bagaimana bisa dia matikan telfon dari ku?
tanpa menghargai sedikitpun aku sebagai Papanya.
104, 105, 106, 107, 108,
“Heii.. Romeo, berapa banyak kamu melangkah hari ini?”
“Haaaaa… Mery..? Kau benar-benar mengejutkanku! Ahh… bisa saja kau tanyakan itu padaku..!?”
“Kau tau seberapa anehnya dirimu?”
“Tidak!!” (Romeo menjawab dengan polosnya)
“You stupid..!! Haruskah menghitung langkah menjadi tradisi dalam hidupmu?”
“Semua ini Nenekku yang mengajarkannya! Karena…”
“Stop..!! Jangan lanjutkan perkataanmu yang benar-benar tidak ku mengerti itu..! Huuhhh, Membosankan.”
Romeo hanya bersedih mendengar ucapan Mery padanya.
“Hey, hey, hey, Bisakah kalian tidak ribut..? Hari ini aku punya gosip terbaru! Apakah kalian tidak ingin mendengarnya?”
“Benar–benar Ayu si Ratu Gosip..! Apa sih yang gak Ayu tau? semut pacaran aja dia juga tau.”
“Mery!! Jangan beri aku julukan seperti itu!! Sangat mengganggu di telingaku..!!”
Kemudian Ayu menceritakan apa gosipnya kepada semua teman-temannya. Mery yang sombong dan sinis, Sinta yang bijaksana, Nety yang penurut, Romeo yang aneh, Dicky si vokalis, Ciko si gitaris, dan Tino yang rakus si dramer hanya bisa diam dan penasaran mendengarkan gosip dari Ayu. Kemudian Ayu berkata bahwa besok mereka akan kedatangan 2 murid baru. Dan Ayu ingin merencanakan sesuatu untuk menyambut murid baru itu. Namun Sinta tidak setuju, dan Nety si penurut hanya ikut-ikut tidak setuju. Ayu sungguh tidak setuju dengan pendapat Sinta dan Nety, menurut Ayu Sinta dan Nety tidak berbeda jauh, mereka sama-sama pasif. Bagi Ayu penyambutan murid baru itu adalah hal yang sangat penting, bisa di bilang sudah menjadi tradisi dalam kelas Mereka.
Teeett…
Setelah bel berbunyi, Ciko berpendapat untuk melanjutkan permasalahan itu nanti saja setelah jam latihan, agar tidak di marahi sutradara. Tino yang rakus si dramer hanya ikut menanggapi setuju pendapat Ciko, itu karena sebenarnya Tino sudah merasa lapar dan ingin cepat-cepat lari ke Kantin.
Aku yang berada di pesawat mulai bosan menanti. Aku fikir pesawat ini terlalu lama berjalan, karena aku ingin segera bertemu kakek dan mengenal teman-teman di sekolah baruku nanti.
Pesawat akan segera lepas landas, kepada seluruh penumpang disarankan untuk mengecek pengaman masing-masing. Terima kasih.
Huuuhhhh… ini benar-benar melegakan hatiku.
1 Message Received
Show
From. Kakek
Lee, apa kamu sudah sampai bandara?
Hembbb, Kakekku ini benar-benar seperti pacarku saja.
Kakek sangat perhatian denganku, aku sangat bahagia mempunyai Kakek sepertinya.
Replay
To. Kakek
Belum Kek!
tapi sebentar lagi Leeta sampai!
Nanti Leeta akan menelfon Kakek!
Sending Message
Delivered Kakek
“Okey anak-anak kita sudahi latihan sore ini! Dan persiapkan baik-baik untuk latihan selanjutnya.”
“Siap Sutradara”
dengan semangat murid-murid menjawab terutama Tino, karena perut Tino sudah ingin melarikan diri sejak sebelum latihasn dimulai.
Namun Ayu membatalkan niat Tino, karena sebelum mereka diperbolehkan pulang Ayu mengajukan sebuah pertanyaan. Sutradara mengira Ayu bertanya karena ada permasalahan dalam Ayu menari, ternyata bukan. Ayu hanya bertanya untuk memastikan mengenai murid baru yang akan datang. Sutradara hanya menjawab apa adanya. Karena Ayu memang benar bahwa mereka semua akan mendapatkan 2 teman baru. Dan sutradara mengijinkan mereka untuk berkenalan tepat besok pagi. Wajah Tino sedikit murung, dan terlihat dendam pada Ayu. Karena Ayu sudah memperlambat jam makan Tino.
19.00 WIB
“Kenapa waktu berjalan lambat sekali disini?” (Gumam Jekvin seraya melihat jam tangannya).
1 Massage Received
From. Papa
Show
Berapa lama lagi aku harus menunggumu di bandara ini Vin?
Setelah Jekvin membaca pesan dari Papanya ia sedikit berfikir, apakah benar Papa Jekvin mengharapkan kedatangannya, Jekvin hanya bingung dan bingung memikirkan hal itu. Dalam hati Jekvin menginginkan untuk melarikan diri dari Papanya. Tapi karena ia mengingat pesan ibunya, ia tak kan tega untuk membenci Papanya terlalu lama. Akhirnya ia meraih ponselnya dan membalas pesan Papanya.
Replay
To. Papa
Tunggu saja di pintu keluar bandara! Aku akan segera datang menemuimu!
Sending Massage
Delivered Papa
Sampainya aku keluar dari pesawat, aku segera mengambil ponsel di sakuku untuk menelfon Kakek.
Called Kakek
Tutt, tutt,
“Iya Leeta, Kakek akan segera berangkat, dan datang menjemputmu!”
Klik
End Called
Tutt, tutt..
Kakekku benar-benar tampil lucu terhadap diri ku. Kakek benar-benar mengerti apa maksud ku, sebelum aku mengucapkan apa yang ingin aku sampaikan padanya.
Sudah 10 menit lebih aku menunggu kakek, tapi kakek juga belum datang. Tapi, aku merasa sedikit aneh, dan merasa seperti ada yang tertinggal. Setelah aku ingat-ingat dan melihat ke kanan dan ke kiri aku menyadarinya.
Astaga… Koper ku, Dimana..?
Aku mulai panik dan berlari kesana kemari, setelah aku berhenti dan berfikir,
Hwaaa… Aku lupa, itu pasti tertinggal di Pesawat..
Setelah aku ingat, tanpa berfikir banyak aku berlari secepat mukin menuju pesawat.
Jekvin yang masih ragu menemui Papanya hanya bisa duduk berdiam diri di pesawat. Setelah ia berfikir dan menimbang-nimbang pesan ibunya, kemudian ia bergegas untuk mengambil Kopernya. Tapi ketika ia berdiri dan melangkah untuk meraih kopernya, ia sedikit bingung, karena ada 2 koper yang berada di situ. Dan Jekvin mulai memandang ke kanan dan ke kirinya untuk memastikan apakah ada orang lain selain dirinya yang masih berada dalam pesawat. Ternyata ia tidak menemukan siapapun di dalam situ. Dan ia mulai mendekati koper yang bukan miliknya, perlahan ia mulai membuka koper itu.
“Tiiiddaaakkk…”
“Jangan buka koper itu..! Itu milik ku!”
Aku berteriak ketika melihat ia mulai membuka koper milikku. Tapi ia malah curiga padaku. Ia kira aku mengaku koper itu milikku, dan ia juga mengira bahwa ini adalah modus kejahatan. Tanpa fikir panjang dan berbelit-belit menjelaskan bagaimana kejadiannya, aku langsung meraih koperku. Tapi…
Ckleeekk…
Haaa, Aku melihat ke arah koperku dan ternyata roda koperku patah. Aku benar-benar bingung, namun tanpa berfikir aku tetap membawa koperku. Tapi, dengan masa bodoh Jekvin meraih koperku dan membantunya membawakan hingga turun dari pesawat.
Sampainya di luar pesawat, aku buru-buru mengambil koperku dari tangan Jekvin. Meskipun dia sudah menolongku, tetapi aku tidak benar-benar memperhatikan wajahnya, setelah aku ambil koperku, aku langsung berlari tanpa mengucapkan terimakasih padanya. Ini karena seluruh perhatianku tertuju pada Kakekku. Dan tanpa aku sadari Jekvin mengambil fotoku dari belakang.
Kakek… Aku berlari sekilat mungkin, dengan memandangi Kakekku yang gendut. Ketika aku sampai di depan kakek, aku memastikan dulu benarkah ini kakek ku atau bukan, setelah aku benar-benar yakin itu kakek, aku langsung memeluknya.
Kakekku adalah orang yang sangat peduli dan menyayangiku. Kakek selalu menuntutku untuk maju dan berkarya dalam seni tari dan alat musik tradisional. Itu karena kakekku tidak ingin cucunya ini terpengaruh oleh budaya Barat. Meskipun terkadang ia sering memarahiku dan menututku untuk berlatih menari dan musik tradisional setiap hari, tetapi aku tahu maksud benar–benar baik untuk hidupku. Sampai kapanpun hanya kakek yang menjadi orang terbaik dan terhebat dalam hari–hariku. Sejak perceraian itu, aku benar–benar membenci diriku sendiri. Dan aku tak pernah bahagia hidup bersama ayahku di Bali. Karenanya Ayah mengirimku ke Jakarta untuk tinggal bersama kakek walaupun Ayah sudah bersikap seperti ini padaku, Aku akan tetap dan selalu menyayanginya. Aku akan selalu berharap agar hubungan Ayah dan Kakek bisa membaik. Karena aku ingin bisa hidup bersama kakek dan Ayahku.
Tak ku sadari kakek melihatku meneteskan air mata. Aku menangis karena aku bahagia, betapa bahagianya hidupku sampai saat ini.
“Leeta.. Leet.. Apa kamu menangis?” Kakekku benar–benar bingung melihat aku melamun dan menangis. Bahkan ketika Kakek bertanya aku tidak mendengarnya.
Romeo berjalan bersama teman-teman bandnya di koridor sekolah. Tepat saat itu Mery bersama teman-teman tarinya mengikuti Romeo dan teman-temannya dari belakang. Ayu yang sangat pandai menggosip itu terus-terusan menanyakan rencana untuk menyambut murid baru kepada teman-temannya. Sehingga membuat Mery bosan untuk mendengarnya.
Berbeda dengan Sinta yang sangat bijaksana itu, ia berfikir bahwa memberikan ospek tersendiri pada murid baru akan menyimpan kenangan baik. Karena Sinta berfikir murid yang dipindahkan itu mempunyai permasalahan, makanya mereka dikeluarkan dan dipindahkan ke sekolah lain. Nita yang penurut hanya bisa membenarkan pendapat Sinta. Namun, Mery sangat geram dengan kata-kata teman-temannya yang membosankan. Akhirnya Mery berjalan pergi mendahului teman-temannya itu.
Jekvin berjalan menuju pintu keluar bandara, disana ia melihat seorang Laki-laki tinggi, berwajah tampan dn berkulit putih, yang tidak jauh beda dengan wajahnya sendiri. Tepatnya itu adalah Papa Jekvin. Tetapi, tidak ada rasa bahagia sedikitpun di wajah Jekvin ketika ia bertemu Papanya, bahkan ia juga sangat jarang bicara dengan Papanya. Ini karena Papanya pernah menelantarkan Jekvin dengan ibunya. Hingga akhirnya ibu Jekvin meninggal karena banyak beban hidup dan sakit-sakitan. Jekvin selalu saja memikirkan dan mengingat hal ini, sehingga ia benar-benar menyimpan dendam pada Papanya. Ia berjalan menghampiri Papanya dengan mengingat-ingat semua kejadian dan kenangan buruk yang Ia alami bersama Ibunya. Tak sadar mata Jekvin berkaca-kaca, karena perasaannya tertekan. Ia ingin membenci Papanya tetapi, ketika ibunya masih hidup, ibu Jekvin berpesan agar selalu menyayangi Papanya seperti Ia menyayangi Ibunya. Jekvin menangis dan berlari memeluk Papanya.
“Vin, kenapa kamu seperti ini? Apa kamu tidak senang berada disini?”
Papa Jekvin bingung melihat tingkah Jekvin yang tidak seperti biasanya yang ia lihat. Karena Papa Jekvin tak pernah sedikitpun mendapatkan perhatian dari Jekvin.
“Vin selalu bahagia Pa! Maafkan Jekvin? Karena Jekvin terlalu egois kepada Papa”
“Tentu Vin. Karena Vin akan selalu benar di mata Papamu ini!”
Hati Jekvin merasa sedikit lega, ketika ia mulai bisa menghapus rasa dendam kepada Papanya. Setelah perasaan Jekvin benar-benar lega, mereka berjalan bersama menuju mobil Papanya dan bergegas pergi.
07.00 WIB
Teett…
Seluruh Murid berjalan menuju kelas jurusan masing-masing, namun hanya kelas Seni yang paling heboh hari ini. Karena mereka akan mendapati teman baru di kelasnya.
“Selamat pagi semua?”
Sutradara di kelas Seni mereka sangat akrap dan bersahabat. Datang ke kelas saja tidak pernah sekalipun terlambat. Itu karena sifatnya yang disiplin.
“Pagi Sutradara..”
Seluruh murid menjawabnya dengan kompak dan penuh semangat bersama.
Pagi ini sutradara akan mengenalkan 2 murid baru kepada semua muridnya. Dan Mery adalah orang pertama yang paling tidak sabar untuk segera tahu dan kenal murid baru itu. Namun sutradara juga belum bisa memberi tahunya, karena kedua murid tersebut belum juga datang.
Tok.. tok.. tok..
Setelah terdengarnya ketukan pintu kelas, sutradara mengira itu adalah murid baru, dan ia mempersilahkannya untuk masuk kelas. Ternyata itu Jekvin, ia datang lebih awal dari pada aku. Dan Jekvin memperkenalkan dirinya dengan singkat. Mery yang tadinya sangat penasaran itu akirnya terobati. Mery benar-benar merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun ia juga berfikir pasti ia akan mendapatkan banyak pesaing untuk bisa dekat dengan Jekvin.
Sebelum Jekvin selesai memperkenalkan diri, Aku datang. Dan Sutradara memperlakukanku sama ketika Jekvin datang. Aku memperkenalkan diri dan begitu bodohnya aku menceritakan kenapa hari pertama masuk kelas aku datang terlambat. Setelah kami berkenalan kami di izinkan untuk duduk. Aku hanya melihat 2 bangku kosong di pojok kanan kelas, dan mungkin Jekvin juga melihat ke arah bangku itu. Dan kami pun berjalan bersama menuju bangku itu, dan mulai melaksanakan pelajaran pertama di sekolahan baru ku.
Teett… teett
Akhirnya jam istirahat berbunyi, Aku ingin sekali berkenalan dengan semua teman baruku, tapi sepertinya banyak dari mereka yang tidak suka karena kedatanganku. Aku melihat ke sampingku, dan aku mencoba berkenalan dengan Jekvin. Tapi, dia terlihat sangat sombong, aku bingung harus berteman dengan siapa saat ini.
“hey.. sebaik dan sependiam inikah murid baru di kelas kita?” Mery mulai mendekatiku dan berkata sinis kepadaku. Dan aku merasa sedikit tidak nyaman dengan perlakuannya kepada ku. Aku mencoba untuk membela diri, tetapi Mery mulai semakin marah dan menarik lengan bajuku. Aku sedikit bingung dengan perlakuan Mery. Sepertinya Ia cemburu karena aku duduk sebangku dengan Jekvin. Aku mulai merasa direndahkan, dan aku ingin sekali membantah perlakuan Mery padaku. Tapi Jekvin dengan tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku ke luar kelas.
“Hey, lepaskan tanganku aku hanya ingin memberinya penjelasan, agar ia tak salah paham dengan ku!”
Aku hanya bisa menyesal karena sikap Jekvin yang ikut-ikut campur dalam urusanku.
“Jangan buat masalah! Kau ini masih murid baru..!!”
Jekvin benar-benar membuatku tambah jengkel saja. Dia melakukan semuanya dengan wajah tanpa bersalah sedikit pun. Ingin sekali aku mengacak-acak rambut Jekvin yang sombong itu. Tapi, ternyata niatku itu di dahului Jekvin. Dengan tiba-tiba dia menjitak keningku, aku bingung dan marah sekali. Dan aku mulai menggumpalkan tanganku di depanya.
“Hey, tunjukkan dulu kelebihan mu pada mereka yang sudah lebih dulu berada di sekolahan ini! Baru bersikap seperti ini tak apa! Dasar cewek bodoh! Pikiramu terlalu pendek!” Jekvin berkata dengan santai di hadapanku, namun kata-kata Jekvin benar-benar membuatku merasa sedikit tersadarkan. Tapi tetap saja dia sudah membuatku jenggkel hari ini.
Cerpen Karangan: Fryska Ayu Winanthi
Facebook: Fryska Ayu

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
free counters

Follower

Gunadarma